• Hong!

    Asal Usul Panakawan

    Disaat Sanghyang Ismaya dan Sanghyang Antaga tertegun dan menyesali kejadian yang baru saja berlalu, Sanghyang Manikmaya melapor kepada Sanghyang Tunggal bahwa Sanghyang Rancasan mati ditangan Sanghyang Ismaya dan Sanghyang Antaga. Sebetulnya Sanghyang Tunggal sudah waspada, dan menyesalkan sikap anak-anaknya yang terlalu terbawa nafsu dan tidak bisa berpikir jernih.

    Saat Sanghyang Tunggal bertanya kejadian sampai meninggalnya Sanghyang Rancasan kepada mereka Sanghyang Ismaya dan Sanghyang Antaga saling menyalahkan, sehingga Sanghyang Tunggal murka dan berkata mereka itu tidak ubahnya kucing dengan anjing, selalu saja bertengkar dan saling menyalahkan.

    Sanghyang Antaga dan Sanghyang Ismaya menangis karena supata (kutukan) ayah dan kakaknya, kemudian mereka meninggalkan kahyangan menuju Arcapada. Mereka tiba di lembah gunung Mahendra di tepi telaga Wasania, kemudian berdiam bertapa meminta supaya diampuni atas dosa-dosanya, mereka bersama memita lewat pusaka Jamus Layang Kalimasada, namun pada saat itu pula Sanghyang Ismaya yang tadinya sangat tampan berubah menjadi buruk rupa dengan tubuh bulat dan wajah bulat pula seperti wajah kucing.

    Sanghyang Antaga juga kehilangan ketampanannya dan mempunyai muka yang panjang serta bibirnya sobek memanjang seperti wajah anjing. Mereka terus menangis sejadi-jadinya, namun tidak ada gunanya.

    Sanghyang Antaga berganti nama menjadi Togog dan Sanghang Ismaya menjadi Semar.

    Sanghyang Antaga menyatakan bahwa ia tidak sanggup memelihara Pusaka Jamus Layang Kalimasada, serta menyerahkannya kepada Semar. Ia hanya meminta teman.

    Togog memuja serta meminta dari pusaka, muncullah seorang yang mirip Togog, hanya agak kurus, dan dinamai Sarawita. Togog dan Sarawita meninggalkan Semar, menuju ke arah barat.


    Semar menangis sendiri beserta pusaka Layang Jamus Kalimasada, tiba-tiba datang hujan yang deras, Semar mencari tempat berteduh, dan menemukan dangau da masuk ke dangau. Tiba-tiba hujan berhenti dan seketika terang benderang.

    Semar sangat gembira dan merasa ditolong oleh dangau, lalu meminta kepada pusaka agar dangau itu dijadikan teman.

    Seketika muncullah orang yang mirip Semar namun agak kecil, dan dinamai Astra (Asta) Jingga, asta artinya lengan – jingga jenis warna, yang berarti bibit kehidupan.

    Dalam perjalanannya Semar dan Astrajingga menemukan patok, yang di”puja” oleh Semar, yang menjelma menjadi manusia jangkung berhidung panjang dan dinamai Petruk yang artinya patok di jalan.

    Ketiganya terus berjalan memasuki tempat perlindungan sehingga semua binatang buas tak mampu mengganggu, yang kemudian tempat perlindungan itu di”puja” dan menjelma menjadi orang pendek, bertangan bengkok dan berperut buncit dan dinamai Nalagareng, artinya hati yang kering.

    Sanghyang Ismaya dan Sanghyang Antaga diturunkan ke marcapada, Sanghyang Ismaya akan menjadi pengikut dan pengasuh keturuan dari raja-raja yang baik.

    Sedangkan Sanghyang Antaga akan berada dipihak yang berseberangan dengan Sanghyang Ismaya.

    sumber: wayang.wordpress.com

    No comments:

    Post a Comment

    Semar

    Opini

    Dasamuka