• Hong!

    Ketika Prabu Sentanu Galau

    Ketika seorang raja dilanda galau, seisi kerajaan menjadi risau. Prabu Sentanu, raja Astinapura, siang malam menanggung kesusahan batin yang amat berat, tampak jelas hatinya remuk redam dan sudah tak dapat lagi menikmati indahnya kehidupan.

    Sang putra mahkota, Dewabrata, pun merasa bingung dan sedih melihat keadaan ayahanda tercintanya. Apalagi sang ayah sudah lama hidup sendiri, sejak kepergian permaisurinya yang bernama Dewi Gangga, ibunda Dewabrata. Ia kemudian mencari tahu apa penyebabnya.

    Sang Raja tak jua mau berterus terang, tetapi Dewabrata merasa yakin ayahandanya baru mengalami kekecewaan yang besar. Pangeran mahkota yang cakap, pintar ilmu perang dan gagah itu kemudian mencari informasi pada kusir kerajaan yang baru saja ikut mengantar Sang Prabu dari sebuah perjalanan.

    Akhirnya ia mengetahui bahwa sang ayah baru saja gagal meminang seorang wanita bernama Durgandini, putri yang tersohor karena tubuhnya wangi dan rupanya jelita, berasal dari wilayah sekitar sungai Yamuna. Ayah Durgandini yang bernama Dasabala mengizinkan Prabu Sentanu memperistri anaknya, tetapi meminta syarat yang sangat berat.

    Ia mau menikahkan anaknya dengan Prabu Sentanu asalkan sang raja mau menjadikan Durgandini menjadi permaisuri dan mewariskan kerajaan pada anak dari putri tersebut. Rupanya itulah yang membuat Prabu Sentanu menjadi patah hati, sebab bagaimana mungkin ia menjadikan anaknya dari Durgandini nanti yang menjadi raja, padahal ia sudah pernah punya isteri dan anaknya (Dewabrata) sudah menjadi pangeran mahkota.

    Dewabrata tak membutuhkan waktu panjang untuk berpikir. Demi rasa hormat dan sayangnya pada ayahnya, dan dengan jiwa berkorban yang luar biasa, ia menjumpai orang tua Durgandini. Ia meminangkan wanita tersebut untuk ayahnya. Ia tanpa ragu menyanggupi syarat Dasabala. Ia bahkan mengangkat sumpah untuk tidak menikah seumur hidupnya, dan tak akan menerima warisan kerajaan dari ayahnya, Prabu Sentanu.

    Akhirnya Durgandini, yang sebenarnya sudah punya suami (menurut kisah lain sudah berpisah dari suami pertamanya) dan sudah punya anak bernama Abiyasa, menjadi isteri Prabu Sentanu. Ia menjadi permaisuri kerajaan dan kelak melahirkan dua orang anak bernama Citraanggada dan Wicitrawirya.

    Selepas mengangkat sumpah tak akan menikah dan tak akan menerima warisan kerajaan, Dewabrata berubah nama menjadi Bisma, yang bermakna orang yang menanggung sumpah yang sangat berat. Dewabrata melakukan pengorbanan yang begitu besar dan berat, dengan merelakan hidupnya demi cinta pada sang ayah.

    No comments:

    Post a Comment

    Semar

    Opini

    Dasamuka